Konon, peci merupakan hasil karya dari Sunan Kalijaga. Pada mulanya beliau membuat mahkota khusus untuk Sultan Fatah yang diberi nama kuluk yang memiliki bantuk lebih sederhana daripada mahkota ayahnya, Raja terakhir Majapahit Brawijaya V.
Dikutip dari laman Wartamadani.com, Mahkota itu disebut Kuluk dan mirip kopiah, hanya ukurannya lebih besar. Hal itu agar sesuai ajaran Islam yang egaliter. Raja dan rakyat sama kedudukannya di hadapan Allah SWT. Hanya ketakwaan yang membedakan.
Catatan lain, ada pula yang berpendapat Laksmana Ceng Ho yang membawa peci ke Indonesia. Peci berasal dari kata Pe (artinya delapan) dan Chi (artinya energi), sehingga arti peci itu sendiri merupakan alat untuk penutup bagian tubuh yang bisa memancarkan energinya ke delapan penjuru angin.
Penutup kepala khas ini, ada juga yang menyebutnya Songkok yang berarti “Kosong dari Mangkok.” Artinya, hidup ini seperti mangkok yang kosong. Harus diisi dengan ilmu dan berkah. Sementara kata Kopiah berasal dari “Kosong karena Dipuah.” Maknanya, kosong karena dibuang (di pyah). Apa yang dibuang? Kebodohan dan rasa iri hati serta dengki yang merupakan penyakit bawaan syaitan.
Keabsahan kisah di atas memang masih perlu dipertanyakan. Yang jelas, peci merupakan pemandangan umum di tanah melayu sejak abad 13.
Saat Raja Ternate Zainal Abidin (1486-1500) belajar agama Islam di madrasah Giri, ia membawa oleh-oleh peci saat pulang ke kampung halaman. Jean Gelman Taylor, yang meneliti interaksi antara kostum Jawa dan kostum Belanda periode 1800-1940, menemukan bahwa sejak pertengahan abad ke-19, pengaruh itu tercermin dalam pengadopsian bagian-bagian tertentu pakaian Barat.
Pria-pria Jawa yang dekat dengan orang Belanda mulai memakai pakaian gaya Barat. Menariknya, blangkon atau peci tak pernah lepas dari kepala mereka.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, sang penulis Cindy Adams menuturkan, Soekarno pernah berkata, “Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia”.
Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Jadi kita harus bangga mengenakan Peci / Songkok di kepala kita. Karena itu adalah simbol dari kepribadian bangsa Indonesia.
TERTARIK MEMBELI PECI HITAM / SONGKOK?
TERTARIK UNTUK RESELLER PECI HITAM / SONGKOK?
INGIN MEMBUAT PECI KHUSUS / PECI IDENTITAS UNTUK INSTANSI?
Hubungi saya di kukuh.legok35@gmail.com atau di 085729953770
Senin, 13 Maret 2017
Minggu, 12 Maret 2017
Peci Hitam Polos Langsung Dari Pengrajin
Peci Hitam Polos AC |
Peci Hitam Polos atau Songkok Hitam Polos adalah salah satu busana khas Indonesia (Ikon Nasional) yang perlu kita lestarikan. Hampir seluruh presiden dan wakil presiden Indonesia selalu menggunakan Peci Hitam Polos. Songkok yang berwarna Hitam (Peci Hitam) atau dibeberapa daerah disebut juga "Kopiah" selalu dikenakan baik di acara kenegaraan maupun kunjungan internasional.
Peci Hitam Polos Biasa |
Konon peci hitam ini mulai dikenal sebagai ikon Indonesia saat rapat Jong Java di Surabaya tahun 1921. Saat itu Bung Karno mencetuskan ide mengenai pentingnya sebuah symbol bagi kepribadian bangsa Indonesia. Beliaupun memperkenalkan pemakaian Peci Hitam atau Songkok yang kemudian menjadi identitas resmi bagi partainya (PNI). Dan semakin meluas sejalan dengan besarnya nama Presiden Soekarno.
Pertanyaannya sekarang kemana Peci Hitam yang pernah menjadi identitas warga negara Indonesia. Anak muda sebagai generasi penerus bangsa saat ini jarang kita lihat memakai peci hitam, kecuali di kalangan santri (pesantren) saja. Beberapa di kenakan oleh laki-laki berumur dan sebagaian kecil dipakai ketika ke masjid (acara keagamaan) saja atau hanya dipakai pada saat resepsi pernikahan.
Kami adalah pengrajin Peci Hitam Polos yang memproduksi beberapa jenis peci hitam ; Hitam Polos Standar, Hitam Polos AC, Hitam Polos Smook & Hitam Polos Bordir. Kami menerima pesanan Peci Hitam dalam bentuk Grosir dan Eceran dengan harga terjangkau. Berminat pesan songkok polos hitam? Hubungi 085729953770
Langganan:
Postingan (Atom)